THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 17 Januari 2011

Jilbab = Kehilangan Jati Diri + Pengekangan.

Seorang artis wanita yang sebelumnya mengenakan jilbab, di tahun 2011 ini kembali melepaskannya. menurutnya dia ingin menjadi diri sendiri untuk berkarir.

“Ingin jadi diri sendiri dan berkarir. Jadi masih belum pakai jilbab dulu lah,” ujarnya saat dihubungi melalui wartawan.

Ia menuturkan bahwa dia tak takut dengan omongan orang nantinya mengenai keputusan ini. Dia sudah menyiapkan mentalnya saat menghadapi komentar orang-orang nanti.

“Kalau untuk diomongin sih pasti. Tapi aku dah siaplah untuk dibilang apa aja,” paparnya.

Lebih lanjut Ia mengungkapkan bahwa dia sedikit terkekang dengan memakai jilbab. Namun dia juga berjanji tidak akan memakai pakaian seksi serta menolak untuk bermain di film yang mengharuskan beradegan seksi dan nakal.

“Enggak, aku pakai lebih sopan tapi enggak seksi,” pungkasnya.

****

Itulah sepenggal dialog antara si artis dan wartawan. Saya agak tergelitik membaca berita ini. Dalam fikiran saya biasanya yang butuh ketahanan mental adalah mereka yang justru berangkat dari tidak berjilbab menjadi berjilbab. Dari tidak taat menjadi taat Allah.

Ada orang yang ingin taat pada Allah mau memakai jilbab tapi malu omongan tetangga, akhirnya tidak jadi. Tetapi diseberang sana ada yang dengan rela melepas jilbabnya dan menyiapkan mentalnya untuk menanggung malu jika diomongin orang lain. Benar-benar sudah tebalik.

Jilbab = kehilangan jati diri

Salah satu alasan melepas jilbab karena dia telah menjadi orang lain dan kehilangan dirinya sendiri. Seorang mantan santriwati ketika ditanya kenapa memakai celana yang nyetrit ( ketat ) -padahal sebelumnya memakai baju longgar- menjawab: “saya tidak ingin jadi orang munafik”.

Sebuah jawaban yang diplomatis untuk menutupi alasan sebenarnya yaitu ingin tampil seksi. Tentu dia sudah menyiapkan mental dan jawaban jika ditanya orang lain.

Umumnya jawaban ngeles orang yang tidak jilbaban atau melepas jilbabnya biasanya seperti ini: “ngapaian berjilbab jika kelakuannya lebih buruk dari yang tidak berjilbab? Mending seperti ini- tidak jilbaban – tetapi baik sama orang lain”. Atau : “ Saya belum siap untuk berjilbab”.

Jawaban yang sepertinya masuk akal. Kenapa ketidak baikan prilaku harus dihubungkan dengan jilbab? Mungkin ada yang menjawab: Karena kalau sudah berjilbab dia harus baik dan kalo tidak berjilbab tidak apa-apa tidak baik. Benarkah?

Perlu diperhatikan bahwa Al-Quran memerintahkan berbuat baik kepada siapa saja, berjilbab atau tidak. Juga memerintahkan berjilbab ( menutup aurat ) kepada orang baik dan juga yang belum baik. Dengan jaminan bahwa orang yang berjilbab ( menutup aurat) lebih terjaga dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena jilbab itu penjaga dari kerusakan perilaku, setidaknya meminimalisir kerusakan akhlaq wanita. Juga penjaga dari gangguan laki-laki jahil.

Kalau ada 2 orang wanita bergantian lewat didepan gerombolan laki-laki berandalan, yang satu berbusana muslimah rapi, dan yang satunya lagi berpakaian seksi, menor, dan tidak berjilbab. Kira-kira menurut anda kepada siapa laki-laki itu lebih berani mengganggu? Kepada wanita muslimah berbusana Islami atau kepada wanita seksi? Anda jawab sendiri, tetapi ini jaminan Al-Quran:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Al-Ahzab: 59)

Jadi mungkin untuk menjawab alasan mereka tadi bisa dengan begini: “ Justru orang yang berjilbab dan berprilaku buruk tadi itu akan menjadi lebih buruk lagi kalau tidak berjilbab. Dan anda yang baik tetapi tidak berjilbab akan menjadi lebih baik dari sekarang jika anda memakai jilbab”.

Sebenarnya orang yang mempunyai jati diri dan menjadi diri sendiri dengan penuh kesadaran adalah mereka yang jati dirinya telah menyatu dengan kebaikan dan ketaatan. Ketika jati dirinya telah keluar dari ketaatan dan kebaikan maka saat itu dirinya telah menjadi diri yang lain, bukan diri yang sebenarnya.

Jilbab = Pengekang

Terkekang tidaknya sebenarnya tergantung jenis pekerjaannya. Jika karirnya dituntut tidak berjilbab jelas terkekang. Wanita berjilbab ingin jadi bintang majalah playboy misalnya atau majalah yang sejenis, jelas tidak cocok. Jadi sebenarnya yang mengekang itu bukan karirnya tetapi keinginannya.

Buktinya banyak artis-artis tetap bisa berkarir dengan berjilbab. Dan banyak wanita karir berjilbab. Misalnya pemain film Ayat-Ayat Cinta, KCB dll, kebanyakan berjilbab. Dan filmnya justru lebih laris dari yang tidak berjilbab. Banyak juga anggota DPR yang wanita berjibab.

Jadi keinginanlah atau nafsulah (bahasa Al-Quran) yang menjadi pengekang utama dalam berkarir, bukan jibab dan bukan bentuk ketaatan yang lainnya yang wajib bagi wanita. Wallahu A’lam.

Rabu, 30 Juni 2010

Aku Memilih Dia

Aku Memilih Dia Bukan Karena Cinta Padanya
Aku Memilih Dia Hanya Karena Kau Tinggalkan Aku
Kau Tinggalkan Aku Disini Sendiri
Aku Memilih Dia …

Sejak Kau Khianatiku Dunia Seolah Akan Runtuh
Dengan Memilih Dia Aku Mencoba Tuk Lupakanmu
Tuk Melupakanmu Yang Menyakitiku
Aku Memilih Dia…

Reff :
Adilkah Ini Untukku Atau Cukup Adilkah Ini Untuknya
Dia Yang Selama Ini Mencintaiku Dengan Tulus
Dan Sepenuh Hatinya…
Dosakah Kini Diriku Yang Tak Pernah Membalas Arti Cintanya
Karena Cinta Sejatiku Telah Menghilang
Telah Habis Terbawa Olehmu…

Dengan Memilih Dia Aku Mencoba Untuk Lupakanmu
Tuk Melupakanmu Yang Menyakitiku
Aku Memilih Dia Ku Memilih Dia

Reff II
Adilkah Ini Untukku Atau Cukup Adilkah Ini Untuknya
Dia Yang Selama Ini Mencintaiku Dengan Tulus
Dan Sepenuh Hatinya…
Dosakah Kini Diriku Yang Tak Pernah Membalas Arti Cintanya
Karena Cinta Sejatiku Telah Menghilang
Telah Habis Terbawa Olehmu…

Aku Memilih Dia
By 3 Diva



Download Youtube Video Clip 3 Diva – Adilkah Ini Untukmu
Foto Artis Indonesia